Pages

Batman Begins - Diagonal Resize

Senin, 19 Januari 2015

UPAYA MENINGKATKAN MUTU DAN TARAF HIDUP MASYARAKAT MELALUI KEAKSARAAN FUNGSIONAL


Ahmad Kholiqul Amin, M.Pd.*)
Putu Parsetyoningrum, S.Pd.*)

PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Desa sebagai satu bagian dari wilayah Indonesia yang penduduknya paling dominan merupakan salah satu aset yang strategis dalam pengembangan masyarakat untuk terus membangun dan dikembangkan sesuai dengan potensinya. Pembangunan baik mental spiritual maupun fisik material merupakan tanggung jawab bersama seluruh warga Negara Indonesia. Sehingga, sistem sentralisasi dan desentralisasi yang dipadukan merupakan langkah yang paling tepat, di samping program umum dari pusat juga ada kebijakan lokal sesuai dengan wilayah setempat. Dengan demikian, pembangunan membutuhkan kerja keras dan pengabdian dari segenap masyarakat, karena itu usaha pembangunan menjadi tanggung jawab bersama semua pihak termasuk lembaga perguruan tinggi beserta civitas akademiknya.
Perguruan tinggi sebagai pusat pemeliharaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa yang akan datang, di samping mendidik mahasiswa agar berjiwa penuh pengabdian serta kegairahan untuk meneliti dengan penuh rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan Bangsa dan Negara, menggiatkan mahasiswa sehingga bermanfaat bagi pembangunan daerah dan nasional
 Perguruan tinggi dituntut untuk lebih berorientasi dan menyesuaikan kurikulumnya kepada kebutuhan pembangunan yang dapat menghayati dan mengatasi problema pembangunan dan kemasyarakatan serta berfungsi sebagai penerus pembangunan. Hal ini akan sangat bermakna karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi itu harus diabdikan kepada pembangunan manusia seutuhnya.
Pemberantasan buta aksara merupakan bagian integral pengentasan masyarakat dari kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan dalarn kerangka makro pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pemberantasan buta aksara menjadi sangat penting dan strategis, mengingat kondisi pendidikan penduduk Indonesia masih rendah.
Direktorat Pendidikan Masyarakat telah mengembangkan program Keaksaraan Fungsional dalam menangani masalah buta aksara ini. Keaksaraan fungsional adalah pendekatan pembelajaran baca, tulis, dan hitung yang terintegrasi dengan keterampilan usaha berdasarkan kebutuhan dan potensi warga belajar.
Tujuan program ini adalah membelajarkan warga belajar agar mampu membaca, menulis, berhitung, dan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar sebagai dasar untuk meningkatkan usaha dan taraf kehidupannya. Strategi yang telah dikembangkan Direktorat Pendidikan Masyarakat antara lain:
a. Pemberantasan buta huruf dilaksanakan di tingkat grass root yang merupakan basis/kantungkantung masyarakat buta huruf yaitu tingkat RT/RW, desa / kelurahan, pernukiman tertentu, tempat kerja/perusahaan.
b. Mengoptimalkan pemanfaatan infrastruktur pendidikan yang ada di masyarakat, seperti Madrasah, SD/SLTP Pondok Pesantren dan lain‑lain.
c.   Memanfaatkan peran seluruh potensi SDM, seperti; guru, mahasiswa, pelajar, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemucla, tokoh perempuan / ibu‑ibu.
d.   Mengoptimalkan peran sekolah, perguruan tinggi, lembaga kursus, lembaga pelatihan swasta, SKB, BPKB, PKBM, balai pendidikan dan pelatihan, pondok  pesantren, majelis ta'lim dan sebagainya.
e.      Menggerakkan peran organisasi sosial kemasyarakatan antara lain; PKK, Dharma Wanita, LSM, Karang Taruna, organisasi mitra Dikmas (HIPKI, HISPPI, Asosiasi Profesi), muslimat NU, pemuda Muhammadiyah, remaja masjid, pramuka, organisasi kemahasiswaan dan lain-lain.
f.      Program pemberantasan buta aksara dilaksanakan secara terintegrasi dengan berbagai program penyuluhan, pembimbingan, pendampingan pada masyarakat yang dilakukan berbagai sektor.
g.   Program pembelajaran dirancang kontekstual dengan pekerjaan, minat, mata pencaharian, potensi sumber daya alam pertanian, peternakan, perikanan, kelautan, kehutanan, usaha produk kerajinan, pertukangan dan jasa.
h.   kegiatan pembelajaran bisa dilakukan di berbagai tempat di mana saja (sekolah, madrasah, masjid, mushola, gereja, balai desa, balai warga, kantor, pabrik, rumah, di tempat kerja, waktunya kapan saja disesuaikan dengan kesempatan yang ada pada warga belajar.
i.      Melatih dan Menyediakan tenaga pengajar/tutor, bahan belajar seperti buku‑buku/modul‑modul dan suplemen yang terkait dengan keterampilan untuk dijadikan mata pencaharian yang dapat memberikan penghasilan. Sebagai bahan belajar program pemberantasan buta aksara telah disusun dan diterbitkan modul-modul keaksaraan fungsional.
Dari berbagai macam strategi yang telah dilakukan pemerintah salah satunya program penyuluhan, pembimbingan dan pedampingan pada masyarakat, kami dari perguruan tinggi IKIP PGRI Bojonegoro ikut prihatin dengan keadaan masyarakat yang masih buta aksara sehingga dari kami punya inisiatif ikut serta membantu dalam penuntasan buta aksara dengan harapan setelah ada pembimbingan dan pendampingan pembelajran secara lansung pada masyarakat desa turi sehingga ada kesadaran pentingnya melek aksara, karena dengan kita melek aksara kita dapat menerima informasi dari luar, kita bisa belajar dari membaca, dapat mengembangkan skill kita dari membaca.
B.  RUMUSAN MASALAH
Bagaimana langkah dalam meningkatkan CALISTUNG warga belajar Desa Turi sehingga dapat meningkatkan mutu dan taraf hidup masyarkat?
C.  TUJUAN
Tujuan penyelenggaraan program keaksaraan fungsional adalah untuk :
  1. Meningkatkan pengetahuan membaca, menulis, berhitung, dan ketrampilan fungsional untuk meningkatkan taraf hidup warga belajar.
  2. Mengembangkan kemampuan berpikir praktis, analitis, dan rasional untuk menggali potensi dan sumber-sumber kehidupan yang ada di lingkungan yang ada di lingkungan sekitar warga belajar agar lebih fungsional yakni bermakna, bermanfaat, dan berfungsi bagi peningkatan mutu dan taraf hidup warga belajar dan masyarakatnya.
  3.  Mempercepat pengentasan masyarakat dari belenggu kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan.

PEMBAHASAN
A.  BUTA AKSARA
Buta aksara adalah ketidakmampuan membaca dan menulis baik bahasa Indonesia maupun bahasa lainnya. Buta aksara juga dapat diartikan sebagai ketidakmampuan untuk menggunakan bahasa dan menggunakannya untuk mengerti sebuah bacaan, mendengarkan perkataan, mengungkapkannya dalam bentuk tulisan, dan berbicara. Dalam perkembangan saat ini kata buta aksara diartikan sebagai ketidakmampuan untuk membaca dan menulis pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau dalam taraf bahwa seseorang dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu baca-tulis, sehingga dapat menjadi bagian dari masyarakat tersebut.
Buta aksara yang ada di Indonesia sebenarnya telah ada sejak zaman penjajahan. Dari pihak negara penjajah memang telah disengaja agar rakyat Indonesia menjadi lebih terbelakang dan bodoh-bodoh agar nantinya tidak merugikan mereka yang menjajah. Pada masa tersebut, tidak ada sekolah untuk rakyat yang bukan keturunan “ningrat”, sehingga rakyat Indonesia yang miskin sama sekali tidak ada kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan terjadilah buta aksara. Hal ini sama sekali tidak menguntungkan rakyat Indonesia sendiri, karena menjadikan penjajah makin lama menduduki Indonesia.
Buta huruf bukan sekadar tidak mampu membaca dan menulis, melainkan berpotensi menimbulkan serangkaian dampak yang sangat luas. Kesuksesan penuntasan buta aksara bisa meningkatkan indeks atau kualitas pembangunan manusia. Dan sebaliknya, kegagalan penuntasan buta aksara akan berdampak negatif, tidak cuma pada penurunan indeks pembangunan manusia, tapi juga menjadi penghambat pembangunan pada sektor lainnya. Pemberantasan buta aksara tidak dapat langsung dilaksanakan. Namun  memerlukan waktu dan perancangan program yang tepat.

B.  KEAKSARAAN FUNGSIONAL
Keaksaraan Fungsional adalah sebuah usaha pendidikan luar sekolah dalam membelajarkan warga masyarakat penyandang buta aksara agar memiliki mampu menulis, membaca dan berhitung untuk tujuan yang pada kehidupan sehari-hari dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada di lingkungan sekitarnya, untuk peningkatan mutu dan taraf hidupnya.
Desa Turi merupakan salah satu desa di kabupaten Bojonegoro yang sebagian warganya masih menyandang buta huruf. Usia penyandang buta aksara berusia 15-60 tahun pada pemberantasan buta aksara melalui program keaksaraan fungsional. Buta aksara adalah orang yang tidak memiliki kemampuan-kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil studi, warga belajar program KF, terdiri dari dua karakteristik yaitu yang berasal dari buta aksara murni dan Droup Out Sekolah Dasar yang masih memerlukan layanan pendidikan keaksaraan sampai memenuhi kompetensi keaksaraan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, keaksaraan fungsional berpusat pada masalah, mengarahkan pengalaman belajar pada masalah yang dihadapi oleh warga belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Pemberantasan buta aksara memiliki tahapan, yaitu, tahap keaksaraan dasar dan tahap keaksaraan mandiri. Tahap keaksaraan dasar adalah warga belajar yang belum memiliki pengetahuan dasar tentang calistung (baca tulis hitung) tetapi telah memiliki pengalaman yang dapat dijadikan kegiatan pembelajaran. Terakhir, tahap keaksaraan mandiri adalah warga belajar telah memiliki pengetahuan dan pengalaman.

C.  PENYEBAB BUTA AKSARA
Faktor-faktor yang membuat seseorang menjadi buta aksara, diantaranya:
1.      Penyebab buta aksara yang terjadi di Indonesia adalah karena mereka tidak pernah bersekolah sama sekali atau putus sekolah yang disebabkan oleh banyak faktor yang diantaranya adalah faktor budaya, sosial, politik, ekonomi, dan gender.
2.      Kemiskinan.
Kemiskinan adalah faktor utama yang membuat seseorang menjadi buta aksara karena untuk makan sehari-hari juga masih sulit apalagi untuk mengenyam bangku sekolah,  meskipun sekarang sudah yang namanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tapi dana tersebut banyak di korupsi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
3.      Jauh dengan layanan pendidikan.
4.      Layanan pendidikan yang jauh juga menjadi faktor seseorang menjadi buta aksara, contohnya saja di daerah pedalaman atau daerah terpencil sangat jauh ke sekolah dasar sekalipun, apalagi ke sekolah lanjutan. Mereka yang di daerah terpencil harus berangkat pagi-pagi sekali atau jam lima pagi karena jarak rumahnya dengan sekolah sangat jauh.
5.      Orang tua menganggap bahwa sekolah itu tidak penting.
Orang tua menganggap bahwa sekolah adalah perbuatan yang sia-sia, tidak penting dan lebiih baik menyuruh anak mereka untuk membantu berladang, berternak, berjualan,menggembalaa hewan, atau bahkan mereka mereka menyuruh anak mereka untuk mengemis atau ngamen di jalan.
D.  CARA MENYELESAIKAN BUTA AKSARA
Buta aksara dapat diselesaikan dengan berbagai cara, diantaranya   dengan:
1.      Mengurangi jumlah anak yang tidak bersekolah.
Pemerintah harus berupaya untuk menekan anak usiaa sekolah yang tidak sekolah dan putus sekolah yang diakibatkan oleh masalah kemiskinan, maupun yang diakibatkan oleh jauh dari layanan pendidikan.Membuat cara-cara baru dalam proses pembelajaran.
2.  Membuat cara-cara yang baru yang asyik agar peserta didik tidak bosan untuk belajar dan menjaga kemampuan beraksara bagi peserta didik.
3.      Adanya niat baik dan sungguh-sungguh dari pemerintah.
Pemerintah harus mempunyai niat yang baik, sungguh-sungguh dan serius untuk memberantas buta aksara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia.
4. Pemerintah pusat bekerjasama dengan pemerintah daerah beserta ormas-ormas lain untuk keberhasilan pelaksanaan program ini agar angka buta aksara di Indonesia dapat berkurang semaksimal mungkin. Diharapkan dengan adanya bantuan dari ormas lain, angka buta aksara dapat berkurang lebih cepat dan lebih terarah.
5.   Pemerintah dapat bekerjasama dengan dinas pendidikan dimana upaya pemberantasan buta aksara dilaksanakan oleh perguruan tinggi, utamanya oleh mahasiswa. Hal ini dikarenakan: (pertama) para mahasiswa dapat dijadikan sebagai tutor yang telah mempunyai bekal kemampuan akademis dan usia yang masih muda sehingga mempunyai idealisme yang tinggi dalam rangka pencapaian tugas yang akan dibebankan. (kedua) mahasiswa akan lebih intens bertemu dengan warga belajar karena berada di lingkungan warga belajar. (ketiga) dengan pendekatan ini diharapkan waktu untuk pemberantasan akan empat kali lebih cepat dibanding dengan yang ditangani oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan organisasi lain. (keempat) adanya sebuah fakta bahwa nilai mahasiswa di mata masyarakat masih sangat tinggi sehingga diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap program ini juga meningkat.
6.      Pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.
7.      Pemerintah menerapkan strategi untuk pemberantasan buta aksara seperti yang diusulkan oleh UNESCO, yaitu (pertama) pemetaan jumlah penyandang buta aksara secara tepat. (kedua) perluasan informasi dan sosialisasi pentingnya melek aksara. (ketiga) pemberdayaan sekolah formal dan nonformal bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM). (keempat) program pendidikan membaca secara inovatif melalui kegiatan di luar sekolah. (kelima) menjalin kemitraan dengan UNESCO.
8.      Perlunya keterlibatan berbagai pihak dalam upaya percepatan pemberantasan buta aksara.
9.      Pemutakhiran data buta aksara secara objektif dan komprehensif.
10.  Sosialisasi program pendidikan keaksaraan kepada masyarakat luas, terutama pada masyarakat pedesaan agar jumlah penduduk buta aksara menurun melalui berbagai media.
11.  Memperbesar alokasi dana penuntasan buta aksara pada APBN dan APBD yang saat ini terkesan sangat kecil.
12.  Mempersiapkan, menyediakan dan meningkatkan kapasitas penye-lenggaraan pendidikan keaksaraan fungsional seperti ketenagaan, baik tenaga pelaksana maupun tutor, meningkatkan insentif atau kesejahteraan bagi pelaksana, tutor dan penyelenggara pendidikan keaksaraan fungsional lainnya, menyediakan sarana dan prasana pendidikan keaksaraan.
13.  Meningkatkan kinerja pendidikan dasar bagi kelompok usia sekolah guna menghindari penambahan jumlah buta aksara akibat bertambahnya angka putus sekolah.
14.  Menata sistem manajemen pendidikan keaksaraan fungsional, yang berbasis pada masyarakat (community based management), meliputi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
15.  Menyelenggarakan proses pembelajaran bagi orang dewasa (andragogi) secara efektif, partisipatif dan tematik.
16.   Menjalin kemitraan dengan stakeholders seperti kerjasama dengan perguruan tinggi melalui berbagai aktivitas, di antaranya program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktek Pengalaman Lapangan yang berkelanjutan, terutama pada fase pemberantasan dan pembinaan. Dengan strategi komprehensif seperti itulah akan bisa diberantas masalah buta aksara di negeri ini.
17.  Media sosial bisa membantu pengentasan buta aksara di Indonesia Pemerintah menganggap jika media sosial bisa membantu pengentasan buta aksara di Indonesia. Selain media ini populer di tanah air, keberadaannya digandrungi oleh anak-anak. Indonesia adalah pasar potensial di dua media sosial mainstream tersebut. Untuk itulah pemerintah melalui Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (PAUDNI) Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menganjurkan para pendidik dan pengajar menggunakan media tersebut (internet) dalam proses belajar mengajar. Inilah potensi plus yang dimiliki oleh Indonesia. Dari potensi ini sektor pendidikan pun bisa digarap.
Pemberantasan buta aksara bukan saja tugas pemerintah semata tapi itu tugas kita semua selaku generasi penerus bangsa. Jadi semua pihak harus berpartisipasi untuk memberantas buta aksara, contohnya ibu-ibu PKK harus ikut serta, organisasimasyarakat (Ormas), mahasiswa yag sedang Kuliah Kerja Nyata (KKN), dan anggota TNI yang mempunyai program TNI Manunggal Aksara.

   E.  MATERI DAN STRATEGI DALAM PELAKSANAAN
Program pembelajaran dikembangkan atas dasar masalah, minat dan kebutuhan warga belajar. Materi belajarnya didasarkan pada hal-hal tersebut, serta mencakup kegiatan yang dapat membatu mereka dalam mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya, diutamakan CALISTUNG.
Tujuan akhirnya adalah bagaimana membuat setiap warga belajar dapat memotivasi dan memberdayakan dirinya, meningkatkan taraf hidupnya, mandiri, serta bagaimana menciptakan masyarakat yang gemar belajar
Materi dalam program KF ini dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:
1.    Tahap Pemberantasan
Membaca
a.    Mengenal huruf vokal (a, i, u, e, o)
b.    Mengenal beberapa huruf konsonan ( b,c,d,e, d1l)
c.    Membedakan vokal dan konsonan
d.   Merangkai huruf menjadi kata (2-3 SK), dan masih dibantu orang lain
e.    Membaca kata dengan dieja
f.     Membaca kalimat tanpa memperhatikan tanda baca
g.    Membaca kalimat dengan benar
h.    Mengetahui istilah berdasarkan tempat susunan kata (dengan kata-kata yang familiar)

Menulis
a.    Menulis Nama sendiri
b.    Menulis beberapa kata, tapi masih perlu bantuan orang
c.    Mencontoh/menyalin tulisan orang lain
d.   Menulis kata/kalimat yang sudah dikenal
e.    Menulis satu kalimat dengan bantuan orang lain
f.     Menulis kalimat dengan menggunakan tanda baca (?, .)
g.    Menulis kalimat dengan meng-gunakan huruf besar dan kecil (belum beraturan)
h.    Menulis beberapa kalimat repetisi (± 3 baris dengan 3–5 kata )

Berhitung
a.    Mengenal angka satuan, puluhan, ratusan, ribuan dengan melihat uang.
b.    Mengenal simbol operasional ( +, - )
c.    Menghitung bilangan dengan menggunakan satu simbul +1 -, x,
d.   Mengenal ukuran panjang
e.    Mengenal ukuran berat
f.     Mengenal ukuran takaran
Keterangan : Masih perlu bantuan Tutor dan warga belajar lainnya

2.     Tahap Pembinaan
Membaca
a.    Biodata, KTP
b.    Kartu Keluarga
c.    Formulir
d.   Kalender
e.    Jadwal
f.     Menu Masakan
g.    Resep Masakan
h.    Macam-macam tanaman
i.      Tulisan orang lain
j.      Surat yang ditulis orang lain
k.    Daftar harga
l.      Kuitansi/faktur
m.  Iklan
n.    Membaca pada label/kemasan
o.    Petunjuk kegiatan
p.    Rambu-rambu lalu lintas sederhana
q.    Buku agama.

Menulis
a.    Nama anggota keluarga
b.    Biodata / KTP
c.    Kartu Keluarga
d.   Formulir
e.    Menulis benda-benda yang dikenalnya.
f.     Menulis surat sederhana
g.    Kegiatan sehari-hari
h.    Resep masakan
i.      Pembukuan sederhana
j.      Petunjuk kegiatan/keteram-pilan tertentu
k.    Daftar kebutuhan sehari-hari
l.      Menulis rencana kegiatan

Berhitung
a.    Mengisi kwitansi bilangan
b.    Membuat daftar belanja
c.    Membuat kalkulasi harga
d.   Membuat kalkulasi keuntungan
e.    Membuat pembukuan sederhana
f.     Mengukur panjang kayu, lugs tanah, membuat pola, baju, dll
g.    Menimbang barang dagangan
h.    Mengukur takaran minyak, bergs, dan lain-lain
i.      Mengambil uang di bank dan lembaga keuangan lainnya
j.      Meminjam uang dari bank atau lembaga keuangan lainnya
k.    Membuat arisan yang sederhana di koperasi
Keterangan : Perlu sedikit bantuan dari Tutor

3.     Tahap Pelestarian
Membaca
a.    Membaca surat-surat pribadi
b.    Membaca surat kabar (bagian tertentu )
c.    Membaca majalah tertentu
d.   Membacakan suatu bahan bacaan kepada anak-anak
e.    Membaca catatan/surat dari dan untuk sekolah
f.     Membaca buku hiburan (jenis: petualangan,misteri, roman, sejarah dan buku-buku tentang masyarakat
g.    Membaca buku-buku untuk mendapatkan informasi kisah nyata, pekerjaan, anak-anak, kesehatan, agama, hobby dan hiburan dll.

Menulis
a.    Menulis atau mengisi formulir
b.    Menulis surat-surat pribadi
c.    Meningkatkan kemampuan tulisan tangan
d.   Menuliskan surat untuk keperluan sekolah anak-anak
e.    Menulis catatan/surat dari dan untuk sekolah
f.     Menulis keperluan diri sendiri (seperti : jurnal atau catatan harian, pengalaman diri, nasehat, pendapat, laporan yang pernah dibacanya, riwayat hidup, cerita-cerita, sajak dan syair lagu)
g.    Menulis catatan catatan atau surat dari dan atau ke relasi kerja.
h.    Menulis laporan pekerjaan, Tabel, dan pengumuman

Berhitung
a.    Menghitung kebutuhan rumah tangga
b.    Menghitung kebutuhan kesehatan
c.    Menghitung kebutuhan sekolah
d.   Menghitung kebutuhan modal usaha membuat proposal) dll

F.   SARANA DAN PRASARANA
Sarana dan Prasarana Pendukung Yang Dimiliki
Sarana / prasarana belajar yang telah disediakan diantaranya :
1.      Papan tulis
2.      ATK Warga Belajar, Tutor dan Kelompok Belajar.
3.      Modul dan bahan belajar lainnya.
4.      Papan Nama Kelompok Belajar.
5.      Sarana Administrasi, meliputi :
Ø Daftar Hadir Warga Belajar
Ø Daftar Hadir Tutor  
Ø Buku Tamu
Ø Buku Administrasi Kelompok Belajar
Ø Buku Rencana Kegiatan Program Pelakanaan Fungsional
Ø Jadwal Belajar/Pertemuan.
Ø Buku harian Konsultasi antara Warga Belajar dengan Tutor
Ø Buku harian untuk menulis laporan kemajuan Warga Belajar.

G. STRATEGI PEMBELAJARAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL
Hakikatnya warga belajar keaksaraan fungsional merupakan tergolong dalam orang dewasa. ”Strategi dan pendekatan pembelajaran yang digunakan hendaknya mengikuti kaidah-kaidah pendidikan orang dewasa (Andragogi). Kaidah-kaidah pendidikan orang dewasa yang dimaksud adalah:
  1. Pembelajaran harus berorientasi pada masalah (problem oriented).
  2. Pembelajaran harus berorientasi pada pengalaman pribadi warga belajar (experiences oriented).
  3. Pembelajaran harus memberi pengalaman yang bermakna (meaningfull) bagi warga belajar.
  4. Pembelajaran harus memberi kebebasan bagi warga belajar sesuai dengan minat, kebutuhan dan pengalamannya.
  5. Tujuan pembelajaran harus ditetapkan dan disetujui oleh warga belajar melalui kontrak belajar (learning contract).
  6. Warga belajar harus memperoleh umpan balik (feedback) tentang pencapaian hasil belajarnya.
Pembelajaran pada orang dewasa juga harus berorientasi pada pengalaman warga belajar itu sendiri. Hasil dari pengalaman itu yang menentukan ide, pendirian dan nilai dari orang yang bersangkutan. Pikiran, ide, pengalaman dan informasi yang terdapat diri warga belajar harus dikembangkan sehingga akan membantu perkembangan atau kemajuan belajarnya. Pengalaman merupakan sumber yang kaya untuk dipelajari. Oleh karena itu, orientasi belajar orang dewasa berkaitan dengan erat dengan keinginan dan ketetapannya untuk mengarahkan diri sendiri menuju kedewasaan, dan kemandirian agar pembelajarannya bermakna.
Hakikat tujuan belajar merupakan pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Tetapi dalam proses belajar orang dewasa harus sesuai dengan kontrak belajar yang telah disepakati. Kondisi tersebut dapat menciptakan suasana belajar lebih kondusif.

 PENUTUP
A.  KESIMPULAN
       Buta aksara adalah ketidakmampuan seseorang untuk membaca dan menulis. Indonesia mempunyai banyak masyarakat yang masih buta huruf.  Angka buta aksara di Indonesia masih tergolong tinggi mengingat banyaknya angka putus sekolah serta masyarakat yang belum mampu untuk membiayai sekolah. Pemerintah sendiri mempunyai berbagai cara untuk mengurangi angka buta aksara di Indonesia. Cara yang ditempuh dapat dilaksanakan melalui program sekolah gratis, bekerjasama dengan dinas pendidikan maupun ormas lain untuk memberikan diklat khusus kepada penyandang buta aksara, mengurangi jumlah anak yang tidak bersekolah, dll

B.  SARAN
Seharusnya pemerintah harus lebih tegas dalam merancang sebuah program agar pada akhirnya suatu program dapat terlaksana dengan baik. Selain itu, pemerintah harus bekerjasama dengan pihak lain agar angka buta aksara di Indonesia dapat berkurang. Harus ditambahnya tenaga pengajar dan diberikan pelatihan-pelatihan lagi. Semua pihak harus ikut berpartisipasi. Apalagi pihak akademisi harus berperan aktif untuk mremberantas masalah buta aksara ini, misalnya mahasiswa harus mengajar satu orang yang buta aksara.

DAFTAR PUSTAKA
Dirjend PNFI. 2007. Panduan penyelengaaraan pendidikan keaksaraan fungsional. Jakarta: Dirjen PNFI

Fasli Jalal. 2004. Program Pendidikan Keaksaraan Fungsional. Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda,Departemen Pendidikan Nasional.

Kuntoro, Sodiq A. (2005). Makalah Strategi Percepatan Pemberantasan buta Aksara Bagi Kelompok Masyarakat. Temu Nasional Gerakan Pendidikan Keaksaraan Intensif di Graha Depdiknas dan Hotel Century Park 21-23 Nopember 2005

Ratman, Dadang Rizki. 2011. Persentase Pemuda yang Buta Aksara Menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin dan Tipe Daerah (2009). http://kppo.bappenas.go.id/preview/236. Diakses pada tanggal 01 November 2012.

Wilastinova, Reny Fatma. 2011. Upaya Pemberantasan Buta Aksara di Indonesia. http://renyfatma.wordpress.com/2011/04/13/upaya-pemberantasan-buta-aksara-di-indonesia/. Diakses pada tanggal 01 November 2012.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar