Ahmad Kholiqul Amin, M.Pd.*)
Putu Parsetyoningrum, S.Pd.*)
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Desa sebagai satu bagian dari wilayah Indonesia yang
penduduknya paling dominan merupakan salah satu aset yang strategis dalam
pengembangan masyarakat untuk terus membangun dan dikembangkan sesuai dengan
potensinya. Pembangunan baik mental spiritual maupun fisik material merupakan
tanggung jawab bersama seluruh warga Negara Indonesia. Sehingga, sistem
sentralisasi dan desentralisasi yang dipadukan merupakan langkah yang paling
tepat, di samping program umum dari pusat juga ada kebijakan lokal sesuai dengan
wilayah setempat. Dengan demikian, pembangunan membutuhkan
kerja keras dan pengabdian dari segenap masyarakat, karena itu usaha
pembangunan menjadi tanggung jawab bersama semua pihak termasuk lembaga
perguruan tinggi beserta civitas akademiknya.
Perguruan tinggi sebagai pusat pemeliharaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa yang
akan datang, di samping mendidik mahasiswa agar berjiwa penuh pengabdian serta
kegairahan untuk meneliti dengan penuh rasa tanggung jawab yang besar terhadap
masa depan Bangsa dan Negara, menggiatkan mahasiswa sehingga bermanfaat bagi
pembangunan daerah dan nasional
Perguruan tinggi dituntut untuk lebih berorientasi dan menyesuaikan kurikulumnya kepada kebutuhan pembangunan yang dapat menghayati dan mengatasi problema pembangunan dan kemasyarakatan serta berfungsi sebagai penerus pembangunan. Hal ini akan sangat bermakna karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi itu harus diabdikan kepada pembangunan manusia seutuhnya.
Perguruan tinggi dituntut untuk lebih berorientasi dan menyesuaikan kurikulumnya kepada kebutuhan pembangunan yang dapat menghayati dan mengatasi problema pembangunan dan kemasyarakatan serta berfungsi sebagai penerus pembangunan. Hal ini akan sangat bermakna karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi itu harus diabdikan kepada pembangunan manusia seutuhnya.
Pemberantasan buta aksara merupakan bagian
integral pengentasan masyarakat dari kebodohan, kemiskinan,
keterbelakangan, dan ketidakberdayaan dalarn kerangka makro
pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pemberantasan buta aksara menjadi
sangat penting dan strategis, mengingat kondisi pendidikan penduduk Indonesia
masih rendah.
Direktorat Pendidikan Masyarakat telah mengembangkan
program Keaksaraan Fungsional dalam menangani masalah buta aksara ini.
Keaksaraan fungsional adalah pendekatan pembelajaran baca, tulis, dan hitung
yang terintegrasi dengan keterampilan usaha berdasarkan kebutuhan dan potensi
warga belajar.
Tujuan program ini adalah membelajarkan warga belajar
agar mampu membaca, menulis, berhitung, dan berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar sebagai dasar untuk meningkatkan usaha dan taraf kehidupannya. Strategi
yang telah dikembangkan Direktorat Pendidikan Masyarakat antara lain:
a. Pemberantasan buta huruf dilaksanakan di
tingkat grass root yang merupakan basis/kantungkantung masyarakat buta huruf
yaitu tingkat RT/RW, desa / kelurahan, pernukiman tertentu, tempat
kerja/perusahaan.
b. Mengoptimalkan pemanfaatan infrastruktur
pendidikan yang ada di masyarakat, seperti Madrasah, SD/SLTP Pondok Pesantren
dan lain‑lain.
c. Memanfaatkan peran seluruh potensi SDM,
seperti; guru, mahasiswa, pelajar, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama,
tokoh pemucla, tokoh perempuan / ibu‑ibu.
d. Mengoptimalkan peran sekolah, perguruan
tinggi, lembaga kursus, lembaga pelatihan swasta, SKB, BPKB, PKBM, balai pendidikan
dan pelatihan, pondok pesantren, majelis ta'lim dan sebagainya.
e. Menggerakkan peran organisasi sosial
kemasyarakatan antara lain; PKK, Dharma Wanita, LSM, Karang Taruna, organisasi
mitra Dikmas (HIPKI, HISPPI, Asosiasi Profesi), muslimat NU, pemuda
Muhammadiyah, remaja masjid, pramuka, organisasi kemahasiswaan dan lain-lain.
f. Program pemberantasan buta aksara
dilaksanakan secara terintegrasi dengan berbagai program penyuluhan,
pembimbingan, pendampingan pada masyarakat yang dilakukan berbagai sektor.
g. Program pembelajaran dirancang
kontekstual dengan pekerjaan, minat, mata pencaharian, potensi sumber daya alam
pertanian, peternakan, perikanan, kelautan, kehutanan, usaha produk kerajinan,
pertukangan dan jasa.
h. kegiatan pembelajaran bisa dilakukan di berbagai
tempat di mana saja (sekolah, madrasah, masjid, mushola, gereja, balai desa,
balai warga, kantor, pabrik, rumah, di tempat kerja, waktunya kapan saja
disesuaikan dengan kesempatan yang ada pada warga belajar.
i. Melatih dan Menyediakan tenaga pengajar/tutor,
bahan belajar seperti buku‑buku/modul‑modul dan suplemen yang terkait dengan
keterampilan untuk dijadikan mata pencaharian yang dapat memberikan
penghasilan. Sebagai bahan belajar program pemberantasan buta aksara telah
disusun dan diterbitkan modul-modul keaksaraan fungsional.
Dari berbagai macam strategi yang telah dilakukan
pemerintah salah satunya program penyuluhan, pembimbingan dan pedampingan pada
masyarakat, kami dari perguruan tinggi IKIP PGRI Bojonegoro ikut prihatin
dengan keadaan masyarakat yang masih buta aksara sehingga dari kami punya
inisiatif ikut serta membantu dalam penuntasan buta aksara dengan harapan
setelah ada pembimbingan dan pendampingan pembelajran secara lansung pada masyarakat
desa turi sehingga ada kesadaran pentingnya melek aksara, karena dengan kita
melek aksara kita dapat menerima informasi dari luar, kita bisa belajar dari
membaca, dapat mengembangkan skill kita dari membaca.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana
langkah dalam meningkatkan CALISTUNG warga belajar Desa Turi sehingga dapat
meningkatkan mutu dan taraf hidup masyarkat?
C. TUJUAN
Tujuan
penyelenggaraan program keaksaraan fungsional adalah untuk :
- Meningkatkan pengetahuan membaca, menulis, berhitung, dan ketrampilan fungsional untuk meningkatkan taraf hidup warga belajar.
- Mengembangkan kemampuan berpikir praktis, analitis, dan rasional untuk menggali potensi dan sumber-sumber kehidupan yang ada di lingkungan yang ada di lingkungan sekitar warga belajar agar lebih fungsional yakni bermakna, bermanfaat, dan berfungsi bagi peningkatan mutu dan taraf hidup warga belajar dan masyarakatnya.
- Mempercepat pengentasan masyarakat dari belenggu kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan.
PEMBAHASAN
A. BUTA AKSARA
Buta aksara adalah ketidakmampuan membaca dan menulis baik bahasa
Indonesia maupun bahasa lainnya. Buta aksara juga dapat diartikan sebagai
ketidakmampuan untuk menggunakan bahasa dan menggunakannya untuk mengerti
sebuah bacaan, mendengarkan perkataan, mengungkapkannya dalam bentuk tulisan,
dan berbicara. Dalam perkembangan saat ini kata buta aksara diartikan sebagai
ketidakmampuan untuk membaca dan menulis pada tingkat yang baik untuk
berkomunikasi dengan orang lain, atau dalam taraf bahwa seseorang dapat menyampaikan
idenya dalam masyarakat yang mampu baca-tulis, sehingga dapat menjadi bagian
dari masyarakat tersebut.
Buta aksara yang ada di Indonesia sebenarnya telah ada sejak zaman
penjajahan. Dari pihak negara penjajah memang telah disengaja agar rakyat
Indonesia menjadi lebih terbelakang dan bodoh-bodoh agar nantinya tidak
merugikan mereka yang menjajah. Pada masa tersebut, tidak ada sekolah untuk
rakyat yang bukan keturunan “ningrat”, sehingga rakyat Indonesia yang miskin
sama sekali tidak ada kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan terjadilah buta
aksara. Hal ini sama sekali tidak menguntungkan rakyat Indonesia sendiri,
karena menjadikan penjajah makin lama menduduki Indonesia.
Buta huruf bukan sekadar tidak mampu membaca dan menulis, melainkan berpotensi
menimbulkan serangkaian dampak yang sangat luas. Kesuksesan penuntasan buta
aksara bisa meningkatkan indeks atau kualitas pembangunan manusia. Dan
sebaliknya, kegagalan penuntasan buta aksara akan berdampak negatif, tidak cuma
pada penurunan indeks pembangunan manusia, tapi juga menjadi penghambat
pembangunan pada sektor lainnya. Pemberantasan buta aksara tidak dapat langsung
dilaksanakan. Namun memerlukan waktu dan
perancangan program yang tepat.
B. KEAKSARAAN FUNGSIONAL
Keaksaraan Fungsional adalah sebuah
usaha pendidikan luar sekolah dalam membelajarkan warga masyarakat penyandang
buta aksara agar memiliki mampu menulis, membaca dan berhitung untuk tujuan
yang pada kehidupan sehari-hari dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang
ada di lingkungan sekitarnya, untuk peningkatan mutu dan taraf hidupnya.
Desa Turi merupakan salah satu
desa di kabupaten Bojonegoro yang sebagian warganya masih menyandang buta
huruf. Usia penyandang buta aksara berusia 15-60 tahun pada pemberantasan buta
aksara melalui program keaksaraan fungsional. Buta aksara adalah orang yang
tidak memiliki kemampuan-kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil studi, warga
belajar program KF, terdiri dari dua karakteristik yaitu yang berasal dari buta
aksara murni dan Droup Out Sekolah Dasar yang masih memerlukan layanan
pendidikan keaksaraan sampai memenuhi kompetensi keaksaraan yang dapat
memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi,
keaksaraan fungsional berpusat pada masalah, mengarahkan pengalaman belajar
pada masalah yang dihadapi oleh warga belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Pemberantasan buta aksara
memiliki tahapan, yaitu, tahap keaksaraan dasar dan tahap keaksaraan mandiri.
Tahap keaksaraan dasar adalah warga belajar yang belum memiliki pengetahuan
dasar tentang calistung (baca tulis hitung) tetapi telah memiliki pengalaman
yang dapat dijadikan kegiatan pembelajaran. Terakhir, tahap keaksaraan
mandiri adalah warga belajar telah memiliki pengetahuan dan pengalaman.
C.
PENYEBAB BUTA
AKSARA
Faktor-faktor yang membuat seseorang menjadi buta aksara, diantaranya:
1.
Penyebab buta aksara yang terjadi di Indonesia adalah karena
mereka tidak pernah bersekolah sama sekali atau putus sekolah yang disebabkan
oleh banyak faktor yang diantaranya adalah faktor budaya, sosial, politik,
ekonomi, dan gender.
2.
Kemiskinan.
Kemiskinan adalah faktor utama yang membuat seseorang menjadi buta aksara karena untuk makan sehari-hari juga masih sulit apalagi untuk mengenyam bangku sekolah, meskipun sekarang sudah yang namanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tapi dana tersebut banyak di korupsi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Kemiskinan adalah faktor utama yang membuat seseorang menjadi buta aksara karena untuk makan sehari-hari juga masih sulit apalagi untuk mengenyam bangku sekolah, meskipun sekarang sudah yang namanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tapi dana tersebut banyak di korupsi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
3.
Jauh dengan layanan pendidikan.
4.
Layanan pendidikan yang jauh juga menjadi faktor seseorang
menjadi buta aksara, contohnya saja di daerah pedalaman atau daerah terpencil
sangat jauh ke sekolah dasar sekalipun, apalagi ke sekolah lanjutan. Mereka
yang di daerah terpencil harus berangkat pagi-pagi sekali atau jam lima pagi
karena jarak rumahnya dengan sekolah sangat jauh.
5.
Orang tua menganggap bahwa sekolah itu tidak penting.
Orang tua menganggap bahwa sekolah adalah perbuatan yang sia-sia, tidak penting dan lebiih baik menyuruh anak mereka untuk membantu berladang, berternak, berjualan,menggembalaa hewan, atau bahkan mereka mereka menyuruh anak mereka untuk mengemis atau ngamen di jalan.
Orang tua menganggap bahwa sekolah adalah perbuatan yang sia-sia, tidak penting dan lebiih baik menyuruh anak mereka untuk membantu berladang, berternak, berjualan,menggembalaa hewan, atau bahkan mereka mereka menyuruh anak mereka untuk mengemis atau ngamen di jalan.
D. CARA MENYELESAIKAN BUTA AKSARA
Buta aksara
dapat diselesaikan dengan berbagai cara, diantaranya dengan:
1.
Mengurangi jumlah anak yang tidak bersekolah.
Pemerintah harus berupaya untuk menekan anak usiaa
sekolah yang tidak sekolah dan putus sekolah yang diakibatkan oleh masalah
kemiskinan, maupun yang diakibatkan oleh jauh dari layanan pendidikan.Membuat
cara-cara baru dalam proses pembelajaran.
2. Membuat cara-cara yang baru yang asyik agar peserta didik
tidak bosan untuk belajar dan menjaga kemampuan beraksara bagi peserta didik.
3.
Adanya niat baik dan sungguh-sungguh dari pemerintah.
Pemerintah harus mempunyai niat yang
baik, sungguh-sungguh dan serius untuk memberantas buta aksara untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk meningkatkan Indeks Pembangunan
Manusia.
4. Pemerintah pusat bekerjasama dengan pemerintah daerah beserta
ormas-ormas lain untuk keberhasilan pelaksanaan program ini agar angka buta
aksara di Indonesia dapat berkurang semaksimal mungkin. Diharapkan dengan
adanya bantuan dari ormas lain, angka buta aksara dapat berkurang lebih cepat
dan lebih terarah.
5. Pemerintah dapat bekerjasama dengan dinas pendidikan dimana
upaya pemberantasan buta aksara dilaksanakan oleh perguruan tinggi, utamanya
oleh mahasiswa. Hal ini dikarenakan: (pertama) para mahasiswa dapat dijadikan
sebagai tutor yang telah mempunyai bekal kemampuan akademis dan usia yang masih
muda sehingga mempunyai idealisme yang tinggi dalam rangka pencapaian tugas
yang akan dibebankan. (kedua) mahasiswa akan lebih intens bertemu dengan warga
belajar karena berada di lingkungan warga belajar. (ketiga) dengan pendekatan
ini diharapkan waktu untuk pemberantasan akan empat kali lebih cepat dibanding
dengan yang ditangani oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan organisasi lain.
(keempat) adanya sebuah fakta bahwa nilai mahasiswa di mata masyarakat masih
sangat tinggi sehingga diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap program ini
juga meningkat.
6.
Pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2006
tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.
7.
Pemerintah menerapkan strategi untuk pemberantasan buta
aksara seperti yang diusulkan oleh UNESCO, yaitu (pertama) pemetaan jumlah
penyandang buta aksara secara tepat. (kedua) perluasan informasi dan
sosialisasi pentingnya melek aksara. (ketiga) pemberdayaan sekolah formal dan
nonformal bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM). (keempat)
program pendidikan membaca secara inovatif melalui kegiatan di luar sekolah.
(kelima) menjalin kemitraan dengan UNESCO.
8.
Perlunya keterlibatan berbagai pihak dalam upaya percepatan
pemberantasan buta aksara.
9.
Pemutakhiran data buta aksara secara objektif dan
komprehensif.
10.
Sosialisasi program pendidikan keaksaraan kepada masyarakat
luas, terutama pada masyarakat pedesaan agar jumlah penduduk buta aksara
menurun melalui berbagai media.
11.
Memperbesar alokasi dana penuntasan buta aksara pada APBN dan
APBD yang saat ini terkesan sangat kecil.
12.
Mempersiapkan, menyediakan dan meningkatkan kapasitas
penye-lenggaraan pendidikan keaksaraan fungsional seperti ketenagaan, baik
tenaga pelaksana maupun tutor, meningkatkan insentif atau kesejahteraan bagi
pelaksana, tutor dan penyelenggara pendidikan keaksaraan fungsional lainnya,
menyediakan sarana dan prasana pendidikan keaksaraan.
13.
Meningkatkan kinerja pendidikan dasar bagi kelompok usia
sekolah guna menghindari penambahan jumlah buta aksara akibat bertambahnya
angka putus sekolah.
14.
Menata sistem manajemen pendidikan keaksaraan fungsional,
yang berbasis pada masyarakat (community based management), meliputi
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
15.
Menyelenggarakan proses pembelajaran bagi orang dewasa
(andragogi) secara efektif, partisipatif dan tematik.
16.
Menjalin kemitraan dengan
stakeholders seperti kerjasama dengan perguruan tinggi melalui berbagai
aktivitas, di antaranya program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktek Pengalaman
Lapangan yang berkelanjutan, terutama pada fase pemberantasan dan pembinaan.
Dengan strategi komprehensif seperti itulah akan bisa diberantas masalah buta
aksara di negeri ini.
17.
Media sosial bisa membantu pengentasan buta aksara di
Indonesia
Pemerintah menganggap jika media sosial bisa membantu pengentasan buta
aksara di Indonesia. Selain
media ini populer di tanah air, keberadaannya digandrungi oleh anak-anak.
Indonesia adalah pasar potensial di dua media sosial mainstream tersebut.
Untuk itulah pemerintah melalui Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini
Nonformal dan Informal (PAUDNI) Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
menganjurkan para pendidik dan pengajar menggunakan media tersebut (internet)
dalam proses belajar mengajar. Inilah potensi plus yang dimiliki oleh
Indonesia. Dari potensi ini sektor pendidikan pun bisa digarap.
Pemberantasan buta aksara bukan saja tugas pemerintah semata tapi itu
tugas kita semua selaku generasi penerus bangsa. Jadi semua pihak harus
berpartisipasi untuk memberantas buta aksara, contohnya ibu-ibu PKK harus ikut
serta, organisasimasyarakat (Ormas), mahasiswa yag sedang Kuliah Kerja Nyata
(KKN), dan anggota TNI yang mempunyai program TNI Manunggal Aksara.
E. MATERI DAN STRATEGI DALAM PELAKSANAAN
Program pembelajaran dikembangkan
atas dasar masalah, minat dan kebutuhan warga belajar. Materi belajarnya
didasarkan pada hal-hal tersebut, serta mencakup kegiatan yang dapat membatu
mereka dalam mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya,
diutamakan CALISTUNG.
Tujuan akhirnya adalah bagaimana
membuat setiap warga belajar dapat memotivasi dan memberdayakan dirinya,
meningkatkan taraf hidupnya, mandiri, serta bagaimana menciptakan masyarakat yang
gemar belajar
Materi dalam program KF ini dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:
1. Tahap Pemberantasan
Membaca
a. Mengenal
huruf vokal (a, i, u, e, o)
b. Mengenal
beberapa huruf konsonan ( b,c,d,e, d1l)
c. Membedakan
vokal dan konsonan
d. Merangkai
huruf menjadi kata (2-3 SK), dan masih dibantu orang lain
e. Membaca kata
dengan dieja
f. Membaca
kalimat tanpa memperhatikan tanda baca
g. Membaca
kalimat dengan benar
h. Mengetahui
istilah berdasarkan tempat susunan kata (dengan kata-kata yang familiar)
Menulis
a. Menulis Nama
sendiri
b. Menulis
beberapa kata, tapi masih perlu bantuan orang
c. Mencontoh/menyalin
tulisan orang lain
d. Menulis
kata/kalimat yang sudah dikenal
e. Menulis
satu kalimat dengan bantuan orang lain
f. Menulis
kalimat dengan menggunakan tanda baca (?, .)
g. Menulis
kalimat dengan meng-gunakan huruf besar dan kecil (belum beraturan)
h. Menulis
beberapa kalimat repetisi (± 3 baris dengan 3–5 kata )
Berhitung
a.
Mengenal angka satuan, puluhan, ratusan, ribuan
dengan melihat uang.
b.
Mengenal simbol operasional ( +, - )
c.
Menghitung bilangan dengan menggunakan satu simbul
+1 -, x,
d.
Mengenal ukuran panjang
e.
Mengenal ukuran berat
f.
Mengenal ukuran takaran
Keterangan
: Masih perlu bantuan Tutor dan warga belajar lainnya
2. Tahap Pembinaan
Membaca
a.
Biodata, KTP
b.
Kartu Keluarga
c.
Formulir
d.
Kalender
e.
Jadwal
f.
Menu Masakan
g.
Resep Masakan
h.
Macam-macam tanaman
i.
Tulisan orang lain
j.
Surat yang ditulis orang lain
k.
Daftar harga
l.
Kuitansi/faktur
m. Iklan
n.
Membaca pada label/kemasan
o.
Petunjuk kegiatan
p.
Rambu-rambu lalu lintas sederhana
q.
Buku agama.
Menulis
a.
Nama anggota keluarga
b.
Biodata / KTP
c.
Kartu Keluarga
d.
Formulir
e.
Menulis benda-benda yang dikenalnya.
f.
Menulis surat sederhana
g.
Kegiatan sehari-hari
h.
Resep masakan
i.
Pembukuan sederhana
j.
Petunjuk kegiatan/keteram-pilan tertentu
k.
Daftar kebutuhan sehari-hari
l.
Menulis rencana kegiatan
Berhitung
a.
Mengisi kwitansi bilangan
b.
Membuat daftar belanja
c.
Membuat kalkulasi harga
d.
Membuat kalkulasi keuntungan
e.
Membuat pembukuan sederhana
f.
Mengukur panjang kayu, lugs tanah, membuat pola,
baju, dll
g.
Menimbang barang dagangan
h.
Mengukur takaran minyak, bergs, dan lain-lain
i.
Mengambil uang di bank dan lembaga keuangan lainnya
j.
Meminjam uang dari bank atau lembaga keuangan
lainnya
k.
Membuat arisan yang sederhana di koperasi
Keterangan : Perlu sedikit bantuan dari Tutor
3. Tahap Pelestarian
Membaca
a.
Membaca surat-surat pribadi
b.
Membaca surat kabar (bagian tertentu )
c.
Membaca majalah tertentu
d.
Membacakan suatu bahan bacaan kepada anak-anak
e.
Membaca catatan/surat dari dan untuk sekolah
f.
Membaca buku hiburan (jenis: petualangan,misteri,
roman, sejarah dan buku-buku tentang masyarakat
g.
Membaca buku-buku untuk mendapatkan informasi kisah
nyata, pekerjaan, anak-anak, kesehatan, agama, hobby dan hiburan dll.
Menulis
a.
Menulis atau mengisi formulir
b.
Menulis surat-surat pribadi
c.
Meningkatkan kemampuan tulisan tangan
d.
Menuliskan surat untuk keperluan sekolah anak-anak
e.
Menulis catatan/surat dari dan untuk sekolah
f.
Menulis keperluan diri sendiri (seperti : jurnal
atau catatan harian, pengalaman diri, nasehat, pendapat, laporan yang pernah
dibacanya, riwayat hidup, cerita-cerita, sajak dan syair lagu)
g.
Menulis catatan catatan atau surat dari dan atau ke
relasi kerja.
h.
Menulis laporan pekerjaan, Tabel, dan pengumuman
Berhitung
a.
Menghitung kebutuhan rumah tangga
b.
Menghitung kebutuhan kesehatan
c.
Menghitung kebutuhan sekolah
d.
Menghitung kebutuhan modal usaha membuat proposal)
dll
F. SARANA DAN PRASARANA
Sarana dan Prasarana Pendukung Yang Dimiliki
Sarana / prasarana belajar yang telah disediakan diantaranya :
1.
Papan tulis
2.
ATK Warga Belajar, Tutor dan Kelompok Belajar.
3.
Modul dan bahan belajar lainnya.
4.
Papan Nama Kelompok Belajar.
5.
Sarana Administrasi, meliputi :
Ø Daftar
Hadir Warga Belajar
Ø Daftar
Hadir Tutor
Ø Buku Tamu
Ø Buku
Administrasi Kelompok Belajar
Ø Buku
Rencana Kegiatan Program Pelakanaan Fungsional
Ø Jadwal
Belajar/Pertemuan.
Ø Buku
harian Konsultasi antara Warga Belajar dengan Tutor
Ø Buku
harian untuk menulis laporan kemajuan Warga Belajar.
G. STRATEGI PEMBELAJARAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL
Hakikatnya warga belajar
keaksaraan fungsional merupakan tergolong dalam orang dewasa. ”Strategi dan
pendekatan pembelajaran yang digunakan hendaknya mengikuti kaidah-kaidah
pendidikan orang dewasa (Andragogi). Kaidah-kaidah pendidikan orang
dewasa yang dimaksud adalah:
- Pembelajaran harus berorientasi pada masalah (problem oriented).
- Pembelajaran harus berorientasi pada pengalaman pribadi warga belajar (experiences oriented).
- Pembelajaran harus memberi pengalaman yang bermakna (meaningfull) bagi warga belajar.
- Pembelajaran harus memberi kebebasan bagi warga belajar sesuai dengan minat, kebutuhan dan pengalamannya.
- Tujuan pembelajaran harus ditetapkan dan disetujui oleh warga belajar melalui kontrak belajar (learning contract).
- Warga belajar harus memperoleh umpan balik (feedback) tentang pencapaian hasil belajarnya.
Pembelajaran pada orang dewasa
juga harus berorientasi pada pengalaman warga belajar itu sendiri. Hasil dari
pengalaman itu yang menentukan ide, pendirian dan nilai dari orang yang
bersangkutan. Pikiran, ide, pengalaman dan informasi yang terdapat diri warga
belajar harus dikembangkan sehingga akan membantu perkembangan atau kemajuan
belajarnya. Pengalaman merupakan sumber yang kaya untuk dipelajari. Oleh karena
itu, orientasi belajar orang dewasa berkaitan dengan erat dengan keinginan dan
ketetapannya untuk mengarahkan diri sendiri menuju kedewasaan, dan kemandirian
agar pembelajarannya bermakna.
Hakikat tujuan belajar merupakan
pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Tetapi dalam proses
belajar orang dewasa harus sesuai dengan kontrak belajar yang telah disepakati.
Kondisi tersebut dapat menciptakan suasana belajar lebih kondusif.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Buta aksara adalah
ketidakmampuan seseorang untuk membaca dan menulis. Indonesia mempunyai banyak
masyarakat yang masih buta huruf. Angka
buta aksara di Indonesia masih tergolong tinggi mengingat banyaknya angka putus
sekolah serta masyarakat yang belum mampu untuk membiayai sekolah. Pemerintah
sendiri mempunyai berbagai cara untuk mengurangi angka buta aksara di
Indonesia. Cara yang ditempuh dapat dilaksanakan melalui program sekolah
gratis, bekerjasama dengan dinas pendidikan maupun ormas lain untuk memberikan
diklat khusus kepada penyandang buta aksara, mengurangi jumlah anak yang tidak
bersekolah, dll
B. SARAN
Seharusnya pemerintah harus lebih tegas dalam merancang sebuah program
agar pada akhirnya suatu program dapat terlaksana dengan baik. Selain itu,
pemerintah harus bekerjasama dengan pihak lain agar angka buta aksara di
Indonesia dapat berkurang. Harus ditambahnya tenaga pengajar dan diberikan pelatihan-pelatihan
lagi. Semua pihak harus ikut berpartisipasi. Apalagi pihak akademisi harus
berperan aktif untuk mremberantas masalah buta aksara ini, misalnya mahasiswa
harus mengajar satu orang yang buta aksara.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjend
PNFI. 2007. Panduan penyelengaaraan
pendidikan keaksaraan fungsional. Jakarta: Dirjen PNFI
Fasli
Jalal. 2004. Program Pendidikan
Keaksaraan Fungsional. Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jendral
Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda,Departemen Pendidikan Nasional.
Kuntoro,
Sodiq A. (2005). Makalah Strategi
Percepatan Pemberantasan buta Aksara Bagi Kelompok Masyarakat. Temu
Nasional Gerakan Pendidikan Keaksaraan Intensif di Graha Depdiknas dan Hotel
Century Park 21-23 Nopember 2005
Ratman, Dadang Rizki. 2011. Persentase Pemuda yang Buta Aksara Menurut
Kelompok Umur, Jenis Kelamin dan Tipe Daerah (2009). http://kppo.bappenas.go.id/preview/236.
Diakses pada tanggal 01 November 2012.
Wilastinova,
Reny Fatma. 2011. Upaya Pemberantasan
Buta Aksara di Indonesia. http://renyfatma.wordpress.com/2011/04/13/upaya-pemberantasan-buta-aksara-di-indonesia/. Diakses pada tanggal 01 November 2012.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar