Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya mengedepankan pemanfaatan kelompok-kelompok siswa.
Prinsip yang harus dipegang teguh dalam kaitan dengan kelompok kooperatif adalah setiap siswa yang ada dalam suatu kelompok harus mempunyai tingkat kemampuan yang heterogen (tinggi, sedang dan rendah) dan bila perlu mereka harus berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta mempertimbangkan kesetaraan gender.
Model pembelajaran kooperatif bertumpu pada kooperatif (kerjasama) saat menyelesaikan permasalahan belajar yaitu dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Sebuah model pembelajaran dicirikan oleh adanya struktur tugas belajar, struktur tujuan pembelajaran dan struktur penghargaan (reward). Dalam kaitan dengan model pembelajaran kooperatif, maka tentu saja struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran ini tidak sama dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.
Prinsip yang harus dipegang teguh dalam kaitan dengan kelompok kooperatif adalah setiap siswa yang ada dalam suatu kelompok harus mempunyai tingkat kemampuan yang heterogen (tinggi, sedang dan rendah) dan bila perlu mereka harus berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta mempertimbangkan kesetaraan gender.
Model pembelajaran kooperatif bertumpu pada kooperatif (kerjasama) saat menyelesaikan permasalahan belajar yaitu dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Sebuah model pembelajaran dicirikan oleh adanya struktur tugas belajar, struktur tujuan pembelajaran dan struktur penghargaan (reward). Dalam kaitan dengan model pembelajaran kooperatif, maka tentu saja struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran ini tidak sama dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.
Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif yang Dapat Diterapkan Guru
Berikut ini daftar beberapa model pembelajaran kooperatif yang efektif:
TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)
Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini sebenarnya adalah
penggabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran
individual. Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI,
siswa mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes
penempatan, dan kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya berdasarkan
tingkat kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok sebenarnya
belajar unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok akan
memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan
bantuan jika diperlukan. Tes kemudian diberikan diakhir unit tanpa
bantuan teman sekelompoknya dan diberikan skor. Lalu setiap minggu guru
akan menjumlahkan total unit materi yang diselesaikan suatu kelompok dan
memberikan sertifikat atau penghargaan bila mereka berhasil melampaui
kriteria yang telah ditetapkan, dan beberapa poin tambahan untuk
kelompok yang anggotanya mendapat nilai sempurna. Kelebihan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI ini adalah karena siswa
bertanggungjawab untuk memeriksa pekerjaan rekannya yang lain, maka guru
mempunyai waktu yang lebih banyak untuk membantu kelompok-kelompok
kecil yang menemuai banyak hambatan dalam belajar yang merupakan
kumpulan dari anggota-anggota kelompok yang berada pada tingkatan unit
materi pelajaran yang sama. Banyak penelitian melaporkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini sangat efektif untuk digunakan dalam pembelajaran.
STAD (Student Teams Achievement Division)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke
dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan
presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai
individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada model pembelajaran
kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara individual, siswa tetap
dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan prestasi
timnya. Bila pertama kali digunakan di kelas anda, maka ada baiknya guru
terlebih dahulu memperkenalkan model pembelajaran kooperatif STAD ini kepada siswa.
Round Table atau Rally Table
Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Round table atau
Rally Table ini guru dapat memberikan sebuah kategori tertentu kepada
siswa (misalnya kata-kata yang dimulai dengan huruf “s”). Selanjutnya
mintalah siswa bergantian menuliskan satu kata secara bergiliran.
Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson
dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh
Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).
Tujuan diciptakannya tipe model pembelajaran kooperatif Jigsaw ini
adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap belajarnya
sendiri dan juga belajar anggota kelompoknya yang lain. Mereka diminta
mempelajari materi yang akan menjadi tanggungjawabnya, karena selain
untuk dirinya, ia juga harus mengajarkan materi itu kepada anggota
kelompoknya yang lain. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
ini ketergantungan antara siswa sangat tinggi. Setiap siswa dalam model
pembelajaran kooperatif ini adalah anggota dari dua kelompok, yaitu (1)
kelompok asal (home group) dan (2) kelompok ahli (expert group).
Kelompok asal dibentuk dengan anggota yang heterogen. Di kelompok asal
ini mereka akan membagi tugas untuk mempelajari suatu topik. Setelah
semua anggota kelompok asal memperoleh tugas masing-masing, mereka akan
meninggalkan kelompok asal untuk membentuk kelompok ahli. Kelompok ahli
adalah kelompok yang terbentuk dari anggota-anggota kelompok yang
mempunyai tugas mempelajari sebuah topik yang sama (berdasarkan
kesepakatan mereka di kelompok asal). Setelah mempelajari topik tersebut
di kelompok ahli, mereka akan kembali ke kelompok asal mereka
masing-masing dan saling mengajarkan topik yang menjadi tanggungjawab
mereka ke anggota kelompok lainnya secara bergantian.
Guru perlu memahami bagaimana model pembelajaran Jigsaw ini dilaksanakan, begitu juga siswa
Guru perlu memahami bagaimana model pembelajaran Jigsaw ini dilaksanakan, begitu juga siswa
Tim Jigsaw
Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, tugaskan
setiap siswa pada setiap kelompok untuk mempelajari seperempat halaman
dari bacaan atau teks pada mata pelajaran apa saja (misalnya IPS), atau
seperempat bagian dari sebuah topik yang harus mereka pelajari atau
ingat. Setelah setiap siswa tadi menyelesaikan pembelajarannya dan
kemudian saling mengajarkan (menjelaskan) tentang materi yang menjadi
tugasnya atau saling bekerjasama untuk membentuk sebuah kesatuan materi
yang utuh saat mereka menyelesaikan sebuah tugas atau teka-teki.
Jigsaw II
Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini adalah modifikasi dari
tipe Jigsaw. Jigsaw II dikembangkan oleh Robert Slavin pada tahun 1980
di mana semua anggota kelompok asal mempelajari satu topik yang sama,
hanya saja masing-masing anggota difokuskan untuk mendalami
bagian-bagian tertentu dari topik itu. Setiap anggota kelompok asal
harus menjadi ahli dalam bagian topik yang mereka dalami. Seperti
Jigsaw, di tipe Jigsaw II ini mereka juga harus mengajarkan keahliannya
pada anggota kelompok asalnya yang lain secara bergantian.
Reverse Jigsaw (Kebalikan Jigsaw)
Tipe model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh Timothy Hedeen
(2003). Perbedaanya dengan tipe Jigsaw adalah, bila pada model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw anggota kelompok ahli hanya
mengajarkan keahliannya kepada anggota kelompok asal, maka pada model
pembelajaran kooperatif reverse jigsaw ini, siswa-siswa dari kelompok
ahli mengajarkan keahlian mereka (materi yang mereka pelajari atau
dalami) kepada seluruh kelas.
NHT (Numbered Heads Together) – Kepala Bernomor Bersama
Pada modelpembelajaran kooperatif tipe NHT, minta siswa untuk menomori
diri mereka masing dalam kelompoknya mulai dari 1 hingga 4. Ajukan
sebuah pertanyaan dan beri batasan waktu tertentu untuk menjawabnya.
Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawa pertanyaan guru tersebut.
Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4) dan meminta seluruh siswa
dari semua kelompok dengan nomor tersebut menjawab pertanyaan tadi.
Guru menandai siswa-siswa yang menjawab benar dan memperkaya pemahaman
siswa tentang jawaban pertanyaan itu melalui diskusi.
TGT (Team Game Tournament)
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan
dengan turnamen mingguan (Slavin, 1994). Pada model pembelajaran
kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi dengan siswa dari
kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya.
Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan atau turnamen
berjalan secara adil. Penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa.
Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview (disebut juga three problem-solving)
dilakukan 3 langkah untuk memecahkan masalah. Pada langkah pertama guru
menyampaikan isu yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian
mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas.
Langkah kedua, siswa secara berpasangan bermain peran sebagai
pewawancara dan orang yang diwawancarai. Kemudian, di langkah yang
ketiga, setelah wawancara pertama dilakukan maka pasangan bertukar
peran: pewawancara berperan sebagai orang yang diwawancarai dan
sebaliknya orang yang tadi mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai.
Setelah semua pasangan telah bertukar peran, selanjutnya setiap
pasangan dapat membagikan atau mempresentasikan hasil wawancara mereka
kepada seluruh kelas secara bergiliran. Tipe model pembelajaran
kooperatif ini (three-step interview) ini efektif untuk mengajarkan siswa problem solving (pemecahan masalah).
Three-Minute Review (Reviu Tiga Langkah)
Model pembelajaran kooperatif tipe three-step review efektif
untuk digunakan saat guru berhenti pada saat-saat tertentu selama sebuah
diskusi atau presentasi berlangsung, dan mengajak siswa mereviu apa
yang telah mereka ungkapkan saat diskusi di dalam kelompok mereka.
Siswa-siswa dalam kelompok-kelompok itu dapat bertanya untuk
mengklarifikasi kepada anggota lainnya atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari anggota lain. Misalnya setelah diskusi
tentang proses-proses kompleks yang terjadi di dalam tubuh manusia
misalnya pencernaan makanan, siswa dapat membentuk kelompok-kelompok dan
mereviu proses diskusi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk
mengklarifikasi.
Go Around (Berputar)
Model pembelajaran kooperatif tipe go around sebenarnya adalah variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi. Baca lebih lanjut tentang langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran kooperatif Go Around
Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik)
Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik) dikembangkan oleh Brown & Paliscar (1982). Pengajaran timbal balik atau reciprocal teaching
ini juga merupakan sebuah model pembelajaran kooperatif yang meminta
siswa untuk membentuk pasangan-pasangan saat berpartisipasi dalam sebuah
dialog (percakapan atau diskusi) mengenai sebuah teks (bahan bacaan).
Setiap anggota pasangan akanbergantian membaca teks dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, menerima dan memperoleh umpan balik (feedback). Model pembelajaran tipe reciprocal teaching
ini memungkinkan siswa untuk melatih dan menggunakan teknik-teknik
metakognitif seperti mengklarifikasi, bertanya, memprediksi, dan
menyimpulkan. Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching ini
dikembangkan atas dasar bahwa siswa dapat belajar secara efektif dari
siswa lainnya. Baca artikel yang lebih rinci tentang model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik).
CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition)
Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading composition)
adalah sebuah model pembelajaran yang sengaja dirancang untuk
mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan keterampilan-keterampilan
berbahasa lainnya baik pada jenjang pendidikan tinggi maupun jenjang
dasar. Pada tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini siswa tidak
hanya mendapat kesempatan belajar melalui presentasi langsung oleh guru
tentang keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga teknik menulis
sebuah komposisi (naskah). CIRC dikembangkan untuk menyokong pendekatan
pembelajaran tradisional pada mata pelajaran bahasa yang disebut
“kelompok membaca berbasis keterampilan”. Pada model pembelajaran CIRC
ini siswa berpasang-pasangan di dalam kelompoknya. Ketika guru sedang
membantu sebuah kelompok-membaca (reading group), pasangan-pasangan
saling mengajari satu sama lain bagaimana “membaca-bermakna” dan
keterampilan menulis melalui teknik reciprocal (timbal balik). Mereka
diminta untuk saling bantu untuk menunjukkan aktivitas pengembangan
keterampilan dasar berbahasa (misalnya membaca bersuara (oral reading),
menebak konteks bacaan, mengemukakan pertanyaan terkait bacaan,
menyimpulkan, meringkas, menulis sebuah komposisi berdasarkan sebuah
cerita, hingga merevisi sebuah komposisi). Setelah itu, buku kumpulan
komposisi hasil kelompok dipublikasikan pada akhir proses pembelajaran.
Semua kelompok (tim) kemudian diberikan penghargaan atas upaya mereka
dalam belajar dan menyelesaikan tugas membaca dan menulis.
The Williams
Tipe model pembelajaran kooperatif The Williams mengajak siswa melakukan
kolaborasi untuk menjawab sebuah pertanyaan besar yang merupakan sebuah
tujuan pembelajaran. Pada model pembelajaran ini siswa
dikelompok-kelompoknya secara heterogen seperti pada tipe STAD. Kemudian
setiap kelompok diberikan pertanyaan yang berbeda-beda dengan tujuan
untuk meningkatkan kemampuan kognitif yang memungkinkan siswa dapat
mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pairs share)
mulanya dikembangkan oleh Frank T. Lyman (1981). Tipe model pembelajaran
kooperatif ini memungkinkan setiap anggota pasangan siswa untuk
berkontemplasi terhadap sebuah pertanyaan yang diajukan. Setelah
diberikan waktu yang cukup mereka selanjutnya diminta untuk
mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi)
dengan pasangannya masing-masing. Setelah diskusi dengan pasangan
selesai, guru kemudian mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas
pertanyaan yang telah diajukan tersebut dari seluruh kelas.
TPC (Think Pairs Check)
Model pembelajaran kooperatif tipe think pairs-check adalah modifikasi dari tipe think pairs share,
di mana penekanan pembelajaran ada pada saat mereka diminta untuk
saling cek jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan guru saat berada
dalam pasangan.
TPW (Think Pairs Write)
Tipe model pembelajaran kooperatif TPW (Think Pairs Write) juga merupakan variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pairs Share).
Penekanan model pembelajaran kooperatif tipe ini adalah setelah mereka
berpasangan, mereka diminta untuk menuliskan jawaban atau tanggapan
terhadappertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Model pembelajaran
kooperatif tipe TPW ini sangat cocok untuk pelajaran menulis.
Tea Party (Pesta Minum Teh)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe tea party, siswa membentuk dua
lingkaran konsentris atau dua barisan di mana siswa saling berhadapan
satu sama lain. Guru mengajukan sebuah pertanyaan (pada bidang mata
pelajaran apa saja) dan kemudian siswa mendiskusikan jawabannya dengan
siswa yang berhadapanan dengannya. Setelah satu menit, baris terluar
atau lingkaran terluar bergerak searah jarum jamsehingga akan berhadapan
dengan pasangan yang baru. Guru kemudian mengajukan pertanyaan kedua
untuk mereka diskusikan. Langkah-langkah seperti ini terus dilanjutkan
hingga guru selesai mengajukan 5 atau lebih pertanyaan untuk
didiskusikan. Untuk sedikit variasi dapat pula siswa diminta menuliskan
pertanyaan-pertanyaan pada kartu-kartu untuk catatan nanti bila
diadakan tes.
Write Around (Menulis Berputar)
Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok
digunakan untuk menulis kreatif atau untuk menulis simpulan.
Pertama-tama guru memberikan sebuah kalimat pembuka (contohnya: Bila
kamu akan berulang tahun, maka kamu akan meminta hadiah berupa...).
Mintalah semua siswa dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan kalimat
tersebut. Selanjutnya mereka ia menyerahkan kertas berisi tulisannya
tersebut ke sebelah kanan, dan membaca kertas lain yang mereka terima
setelah diserahkan oleh kelompok lain, kemudian menambahkan satu kalimat
lagi. Setelah beberapa kali putaran, maka akan diperoleh 4 buah cerita
atau tulisan (bila di kelas dibentuk 4 kelompok). Selanjutnya beri waktu
bagi mereka untuk membuat sebuah kesimpulan dan atau mengedit
bagian-bagian tertentu, kemudian membagi cerita atau simpulan itu dengan
seluruh kelas. Write around adalah modifikasi dari model pembelajaran kooperatif go around.
Round Robin Brainstorming atau Rally Robin
Contoh pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Round Robin
Brainstorming misalnya : berikan sebuah kategori (misalnya “nama-nama
sungai di Indonesia) untuk didiskusikan. Mintalah siswa bergantian untuk
menyebutkan item-item yang termasuk ke dalam kategori tersebut.
LT (Learnig Together)
Orang yang pertama kali mengembangkan jenis model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together
(Belajar Bersama) ini adalah David johnson dan Roger Johnson di
Universitas Minnesota pada tahun 1999. Pada model pembelajaran
kooperatif tipe Learning Together, siswa dibentuk oleh 4 – 5
orang siswa yang heterogen untuk mengerjakan sebuah lembar tugas. Setiap
kelompok hanya diberikan satu lembar kerja. Mereka kemudian diberikan
pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Pada model
pembelajaran Kooperatif dengan variasi seperti Learning Together
ini, setiap kelompok diarahkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk
membangun kekompakan kelompok terlebih dahulu dan diskusi tentang
bagaimana sebaiknya mereka bekerjasama dalam kelompok.
Student Team Learning (STL - Kelompok Belajar Siswa)
Model pembelajaran kooperatif tipe student team learning ini
dikembangkan di John Hopkins University – Amerika Serikat. Lebih dari
separuh penelitian tentang pembelajaran kooperatif di sana menggunakan student team learning.
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif yang satu ini sama saja
dengan model pembelajaran kooperatif yang lain yaitu adanya ide dasar
bahwa siswa harus bekerjasama dan turut bertanggungjawab terhadap
pembelajaran siswa lainnya yang merupakan anggota kelompoknya. Pada tipe
STL ini penekanannya adalah bahwa setiap kelompok harus belajar sebagai
sebuah tim. Ada 3 konsep sentral pada model pembelajaran kooperatif
tipe STL ini, yaitu: (1) penghargaan terhadap kelompok; (2)
akuntabilitas individual; (3) kesempatan yang sama untuk memperoleh
kesuksesan. Pada sebuah kelas yang menerapkan model pembelajaran ini,
setiap kelompok dapat memperoleh penghargaan apabila mereka berhasil
melampaui ktiteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Akuntabilitas
individual bermakna bahwa kesuksesan sebuah kelompok bergantung pada
pembelajaran yang dilakukan oleh setiap individu anggotanya. Pada model
pembelajaran tipe STL, setiap siswa baik dari kelompok atas, menengah,
atau bawah dapat memberikan kontribusi yang sama bagi kesuksesan
kelompoknya, karena skor mereka dihitung berdasarkan skor peningkatan
dari pembelajaran mereka sebelumnya.
Two Stay Two Stray
Model pembelajaran kooperatif two stay two stray ini sebenarnya dapat
dibuat variasinya, yaitu berkaitan dengan jumlah siswa yang tinggal di
kelompoknya dan yang berpencar ke kelompok lain. Misalnya: (1) one stay three stray (satu tinggal tiga berpencar); dan (2) three stay one stray (tiga tinggal satu berpencar). Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan (1990). Dengan struktur kelompok kooperatif seperti tipe two stay two stray ini dapat memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain.
Demikian pembahasan mengenai tipe-tipe model pembelajaran kooperatif, sebenarnya masih banyak lagi model-model pembelajaran yang belum tercantum dalam posting ini
Tidak ada komentar :
Posting Komentar